Minggu, 15 November 2015

Contoh Teks Pidato



Langkah-Langkah Sebelum Membuat Pidato
1.      Menentukan peran                            : (contoh) Ketua Dewan Jurnalistik Jawa Tengah
2.      Menentukan kegiatan/acara               : (contoh) Mengenalkan Dunia Jurnalistik Pada Siswa SMA/SMK se-Kabupaten Banyumas
3.      Menentukan tamu undangan/audien   : (contoh) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas, Perwakilan Anggota Dewan Jurnalistik dari Satelit Post, RRI Purwokerto dan Harian Kompas, Pengurus OSIS SMA/SMK se-Kabupaten Banyumas
4.      Menentukan tempat dan waktu          : (contoh) Aula Gedung Harmony Purwokerto, tanggal 20 November 2015, Pukul 09.00 WIB
5.      Menentukan topik pidato                   : (contoh) Sukses dan Bangga Menjadi Wartawan


Bissmillahirahmanirahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb, Selamat pagi, Salam sejahtera untuk kita semua….

Yang terhormat Bapak Drs. H. Haris Nurtiono, M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas. Yang saya hormati rekan-rekan perwakilan angota dewan jurnalistik dari Satelit Post, RRI Purwokerto dan Harian Kompas. Tidak lupa yang saya banggakan, adik-adik pengurus OSIS SMA/SMK se-Kabupaten Banyumas. Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih atas kehadirannya yang telah meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan ini. Terdapat sebuah istilah yang tidak asing bagi kita “tak kenal, maka tak sayang”, jadi ijinkan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya Eka Tyara Setyawan, biasa dipanggil Mba’ek. Jabatan saya dalam dunia jurnalistik sebagai ketua dewan jurnalistik Jawa Tengah. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena sampai detik ini kita masih diberikan nikmat yang tiada tara oleh-Nya. Dan karena kekuasaan-Nya pula yang telah mempersatukan kita dalam kegiatan yang berjudul “Mengenalkan Dunia Jurnalistik pada Siswa SMA/SMK se-Kabupaten Banyumas”. Hadirin yang saya hormati, pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan sebuah pidato dengan topik “Sukses dan Bangga Menjadi Wartawan”.

Wartawan adalah orang-orang yang bekerja memburu, meliput, kemudian menuliskan berita. Wartawan adalah profesi yang disegani dan sangat dihormati semua orang. Mengapa begitu? Karena, wartawan itu penyebar informasi. Jadi, mereka yang tidak ingin informasinya diketahui orang banyak, mereka akan merahasiakannya dari wartawan. Namun bagi mereka yang yang ingin mengumbar informasi tentang dirinya, justru mencari wartawan dan memohon agar informasi tentang dirinya dimuat dan disebarluaskan ke masyarakat. Wartawan selalu diburu oleh deadline, yaitu batas akhir penyerahan naskah. Mereka tidak terikat waktu kerja, wartawan bekerja 24 jam penuh. Hal ini tentunya tergantung sifat pemberitaan yang dikejar dan proses pencariaan berita.

Adik-adik yang saya banggakan, wartawan ialah abdi atau hamba masyarakat yang sukarela dalam bekerja. Ia pembawa berita, penyuluh, pemberi penerangan, pengajak perfikir, serta pembawa cita-cita. Ia berkecimplung didalam 1001 macam segi kehidupan masyarakat. Namun di atas segalanya, wartawan haruslah pemberani, jujur dan memiliki kesetiaan pada darmanya. Paulus Winarto, penulis How to Headline the Journalist, mengatakan bahwa pers dan wartawan di negeri ini ibarat hantu hidup. Karena, wartawan dianggap sebagai pembuat onar alias troublemaker. Masyarakat melihat wartawan itu sebagai sosok yang menakutkan, karena wartawan suka usil, selalu ingin tahu dan banyak tanya. Kondisi seperti ini tentu tak nyaman bagi mereka yang sedang punya masalah, yang tidak mereka inginkan untuk diketahui publik. Jika masalah tersebut terdengar oleh wartawan, maka wartawan akan mengungkit dan menulisnya di media.

Hadirin yang berbahagia, bagi seorang wartawan yang terpenting adalah kemampuan menggunakan mata secara lebih intensif untuk melihat kejadian yang ada. Ia juga memasang telinga seperti hendak mendengar bisikan-bisikan halus untuk membuka tabir rahasia. Ia dapat merasakan apa yang tidak dirasakan orang lain. Selain itu, ia diberi kesempatan setiap saat untuk memperkaya diri dengan pengetahuan keadaan kehidupan secara menyeluruh. Pada saat-saat tertentu dalam karirnya, wartawan pun bisa memilih salah satu bagian pekerjaan jurnalistik yang paling digemari dan dikuasainya. Kelak ia pun bisa menjadi ahli atau spesialis di bidang tertentu. Karena pekerjaannya mendorongnya setiap saat untuk maju dalam pemikiran, pandangan dan penanggapan, maka ia pun mampu menguasai semua persoalan secara umum dan mendasar. Dengan demikian, ia telah memenuhi salah satu syarat wartawan yang sukses, yaitu mengetahui sesuatu secara menyeluruh. Bahkan dalam jajaran pimpinan, ia bisa duduk di dewan redaksi, sebagai pemimpin redaksi atau wakilnya. Tugasnya lebih banyak menulis atau mengadakan diskusi-diskusi. Ia akan memberi sumbangan pikiran bagi wartawan pemula saat bertempur di lapangan. Perlu diingat, tak ada kata pensiun untuk wartawan.

Adik-adikku para penerus masa depan, sampai kapanpun profesi wartawan sangat dibutuhkan. Karena, mereka adalah jembatan antara penguasa, pemerintah atau lembaga apapun dalam menginformasikan suatu hal kepada masyarakat. Wartawan juga sering dianggap dewa penolong, terutama jika berhasil membela hak orang yang tertindas. Yang lebih penting, wartawan itu tidak egois. Dia bekerja bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk banyak orang. Harus diingat bahwa pada umumnya wartawan menjadi besar dan ternama karena kemahirannya menggunakan apa yang selalu disebut “indera keenam”. Jadi, wartawan punya keunggulan dalam hal insting dan nalarnya. Saudaraku, semoga terlakasananya kegiatan ini, bisa melahirkan para penerus dalam bidang jurnalistik yang handal dan lebih baik untuk kedepannya. Sekian, pidato yang saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga menjadi manfaat dan berkah untuk kita semua. Jika ada tutur kata, tingkah laku yang salah baik yang disengaja maupun tidak disengaja, saya mohon maaf.

Wabillahitaufiqwalhidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb, salam jurnalis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar