Langkah-Langkah
Sebelum Membuat Pidato
1. Menentukan
peran :
(contoh) Ketua Dewan Jurnalistik Jawa
Tengah
2. Menentukan
kegiatan/acara :
(contoh) Mengenalkan Dunia
Jurnalistik Pada Siswa SMA/SMK se-Kabupaten Banyumas
3. Menentukan
tamu undangan/audien :
(contoh) Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Banyumas, Perwakilan Anggota Dewan Jurnalistik dari
Satelit Post, RRI Purwokerto dan Harian Kompas, Pengurus OSIS SMA/SMK
se-Kabupaten Banyumas
4. Menentukan
tempat dan waktu :
(contoh) Aula Gedung Harmony Purwokerto,
tanggal 20 November 2015, Pukul 09.00 WIB
Bissmillahirahmanirahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb, Selamat pagi, Salam sejahtera untuk kita semua….
Assalamu’alaikum Wr.Wb, Selamat pagi, Salam sejahtera untuk kita semua….
Yang terhormat Bapak Drs. H. Haris Nurtiono, M.Si
selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas. Yang saya
hormati rekan-rekan perwakilan angota dewan jurnalistik dari Satelit Post, RRI
Purwokerto dan Harian Kompas. Tidak lupa yang saya banggakan, adik-adik
pengurus OSIS SMA/SMK se-Kabupaten Banyumas. Sebelumnya saya mengucapkan
terimakasih atas kehadirannya yang telah meluangkan waktu untuk mengikuti
kegiatan ini. Terdapat sebuah istilah yang tidak asing bagi kita “tak kenal,
maka tak sayang”, jadi ijinkan saya memperkenalkan diri saya terlebih dahulu.
Nama saya Eka Tyara Setyawan, biasa dipanggil Mba’ek. Jabatan saya dalam dunia
jurnalistik sebagai ketua dewan jurnalistik Jawa Tengah. Pertama-tama marilah
kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena sampai detik
ini kita masih diberikan nikmat yang tiada tara oleh-Nya. Dan karena
kekuasaan-Nya pula yang telah mempersatukan kita dalam kegiatan yang berjudul
“Mengenalkan Dunia Jurnalistik pada Siswa SMA/SMK se-Kabupaten Banyumas”.
Hadirin yang saya hormati, pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan sebuah
pidato dengan topik “Sukses dan Bangga Menjadi Wartawan”.
Wartawan adalah orang-orang yang bekerja memburu,
meliput, kemudian menuliskan berita. Wartawan adalah profesi yang disegani dan
sangat dihormati semua orang. Mengapa begitu? Karena, wartawan itu penyebar
informasi. Jadi, mereka yang tidak ingin informasinya diketahui orang banyak,
mereka akan merahasiakannya dari wartawan. Namun bagi mereka yang yang ingin
mengumbar informasi tentang dirinya, justru mencari wartawan dan memohon agar
informasi tentang dirinya dimuat dan disebarluaskan ke masyarakat. Wartawan
selalu diburu oleh deadline, yaitu
batas akhir penyerahan naskah. Mereka tidak terikat waktu kerja, wartawan
bekerja 24 jam penuh. Hal ini tentunya tergantung sifat pemberitaan yang
dikejar dan proses pencariaan berita.
Adik-adik yang saya banggakan, wartawan ialah abdi
atau hamba masyarakat yang sukarela dalam bekerja. Ia pembawa berita, penyuluh,
pemberi penerangan, pengajak perfikir, serta pembawa cita-cita. Ia
berkecimplung didalam 1001 macam segi kehidupan masyarakat. Namun di atas
segalanya, wartawan haruslah pemberani, jujur dan memiliki kesetiaan pada
darmanya. Paulus Winarto, penulis How to
Headline the Journalist, mengatakan bahwa pers dan wartawan di negeri ini
ibarat hantu hidup. Karena, wartawan dianggap sebagai pembuat onar alias troublemaker. Masyarakat melihat
wartawan itu sebagai sosok yang menakutkan, karena wartawan suka usil, selalu
ingin tahu dan banyak tanya. Kondisi seperti ini tentu tak nyaman bagi mereka
yang sedang punya masalah, yang tidak mereka inginkan untuk diketahui publik.
Jika masalah tersebut terdengar oleh wartawan, maka wartawan akan mengungkit
dan menulisnya di media.
Hadirin yang berbahagia, bagi seorang wartawan yang
terpenting adalah kemampuan menggunakan mata secara lebih intensif untuk
melihat kejadian yang ada. Ia juga memasang telinga seperti hendak mendengar
bisikan-bisikan halus untuk membuka tabir rahasia. Ia dapat merasakan apa yang
tidak dirasakan orang lain. Selain itu, ia diberi kesempatan setiap saat untuk
memperkaya diri dengan pengetahuan keadaan kehidupan secara menyeluruh. Pada
saat-saat tertentu dalam karirnya, wartawan pun bisa memilih salah satu bagian
pekerjaan jurnalistik yang paling digemari dan dikuasainya. Kelak ia pun bisa
menjadi ahli atau spesialis di bidang tertentu. Karena pekerjaannya
mendorongnya setiap saat untuk maju dalam pemikiran, pandangan dan penanggapan,
maka ia pun mampu menguasai semua persoalan secara umum dan mendasar. Dengan
demikian, ia telah memenuhi salah satu syarat wartawan yang sukses, yaitu
mengetahui sesuatu secara menyeluruh. Bahkan dalam jajaran pimpinan, ia bisa
duduk di dewan redaksi, sebagai pemimpin redaksi atau wakilnya. Tugasnya lebih
banyak menulis atau mengadakan diskusi-diskusi. Ia akan memberi sumbangan
pikiran bagi wartawan pemula saat bertempur di lapangan. Perlu diingat, tak ada
kata pensiun untuk wartawan.
Adik-adikku para penerus masa depan, sampai kapanpun
profesi wartawan sangat dibutuhkan. Karena, mereka adalah jembatan antara
penguasa, pemerintah atau lembaga apapun dalam menginformasikan suatu hal
kepada masyarakat. Wartawan juga sering dianggap dewa penolong, terutama jika
berhasil membela hak orang yang tertindas. Yang lebih penting, wartawan itu
tidak egois. Dia bekerja bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk banyak
orang. Harus diingat bahwa pada umumnya wartawan menjadi besar dan ternama
karena kemahirannya menggunakan apa yang selalu disebut “indera keenam”. Jadi, wartawan punya keunggulan dalam hal insting
dan nalarnya. Saudaraku, semoga terlakasananya kegiatan ini, bisa melahirkan
para penerus dalam bidang jurnalistik yang handal dan lebih baik untuk
kedepannya. Sekian, pidato yang saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga
menjadi manfaat dan berkah untuk kita semua. Jika ada tutur kata, tingkah laku
yang salah baik yang disengaja maupun tidak disengaja, saya mohon maaf.
Wabillahitaufiqwalhidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb, salam jurnalis!
Wassalamu’alaikum Wr. Wb, salam jurnalis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar